Tertawa yang wajar itu laksana ‘balsem’ bagi kegalauan dan ‘salep’ bagi kesedihan.
Pengaruhnya sangat kuat untuk membuat jiwa gembira dan hati bahagia.
Bahkan, karena itu Abu Darda’ sempat berkata:
“Sesungguhnya aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku.
Begitulah tertawanya orang- orang yang berakal dan mengerti tentang penyakit jiwa serta pengobatannya”.
Tertawa merupakan puncak kegembiraan,
titik tertinggi keceriaan,
dan ujung rasa suka cita.
Namun, yang demikian itu adalah tertawa yang tidak berlebihan sebagaimana dalam pepatah,
“Jangan engkau banyak tertawa, sebab banyak tertawa itu mematikan hati”.
Yakin, tertawalah sewajarnya saja sebagaimana dikatakan juga dalam pepatah,
“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah”. (la tahzan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar